Ricky Brahmana
    • ☗
    • Blog
    • Story
    • Coffee Break
    • Talk to Me
Skip to content

Millions for Books I Don’t Read

Posted byRicky 24 February 2017 Leave a comment on Millions for Books I Don’t Read

Ini bukan sombong, justru mau mengeluh. Aku punya hampir seratus buku, atau mungkin lebih. Dan setengahnya bahkan belum dibuka dari plastiknya sejak dibeli.

Mau dibuang, dijual atau didonasikan masih sayang. Selain itu, sejak kecil bukuku tidak pernah berkurang selain karena dipinjam dan nggak dikembalikan, atau hancur karena lapuk. Bukan cuma buku fisik, aku juga suka belanja buku-buku bahasa Inggris – salah satunya Hitler’s Mein Kampf – versi digital. Buku karangan Hitler itu malah ku cetak supaya kelihatan keren dipajang di lemari buku nanti (entah kapan).

Kindle Edition

Kalau genrenya cuma novel atau komik nggak jadi masalah. Buku-buku ringan model gini bisa dibaca kapan aja. Masalahnya sebagian besar buku di containerku genrenya serius. Kubeli karena “passion” yang rupanya setelah beberapa lama berubah jadi sekedar interest. Ketertarikan yang explosive ke satu topik, beli buku mahal dan beli tutorial udemy, menggebu-gebu di awal, rupanya melempem dan nggak jadi apa-apa.

Masih untung – tipikal orang Indonesia, apapun masalahnya kalau belum mati selalu ada untung – aku cuma beli buku dan tutorial. Coba bayangkan orang-orang yang rela mengeluarkan uang lebih banyak lagi untuk ikut seminar, ikut latihan, bahkan menanam modal untuk hal yang dianggap passion, padahal bukan.

Sekarang banyak orang-orang yang punya pola pikir “passion”. Apa-apa passion, apa-apa passion. Baru tahu satu topik udah bilang passion. Baru dapat seminar dan sepertinya menarik, langsung bilang passion.

Coba lihat, berapa banyak “passion” yang cuma sekedar lewat. Begitu ketemu susahnya, langsung mundur. Begitu ketemu sakitnya, langsung ganti “passion”.

Di beberapa artikel yang kubaca, ini disebut perangkap passion (passion trap) yang sering membuat orang membuang waktu, tenaga dan uang untuk sesuatu yang nggak berguna. Well, untuk kasusku, paling nggak topiknya bisa jadi bahan obrolan iseng, dan buku-bukunya untuk mengisi rak di rumah.

Jadi kurasa, nggak berlebihan kalau kubilang aku sudah membuang jutaan untuk buku dan tutorial yang nggak menghasilkan apa-apa. Next step, beberapa buku-buku itu mau kupisahkan, dan untuk “passion” yang sekarang sudah nggak menarik akan kusumbangkan atau kujual di carousell di kategori preloved. Even when I have never loved it that much.

14
SHARES
ShareTweetSubscribe
Tags: 2020, abadi, adsense, agama, author, bahagia, berbeda, birthday boy, birthday girl, blessing, blog, book, Brospective, bumi bulat, cerpen, christmas, cita-cita, coffee break, confident, contemporary, coronavirus, covid19, dirumahaja, fake it until you make it, follow your passion, freelance, freelancer, future, hamil, happiness, happy birthday, hasrat, hidup, identity, imaginary, imajiner, immortality, indonesia, jujur, kaesang, karya, konten receh, kopi, life, make it until you made it, manusia, mario teguh, married life, masa depan, men and boys, menemukan passion, merantau, mimpi, minimalism, minimalist, modern art, motivasi, natal, nyata, orangtua, original, paruh waktu, passion, passion trap, passionate, penulis, perangkap, percaya diri, pindahan, Podcast, prasangka, pregnancy, prioritas, priority, random, reality, rezeki, rumah baru, seni, seni kontemporer, sia-sia, siblings, sifat, social distancing, stephen hawking, stories, sukacita, superpower, takhyul, trait, ugly truth, ulang tahun, unik, youtube,

Post navigation

Previous Post Previous post:
I’m Back, WTF Happen?
Next Post Next post:
Original < Copy

No comments

Write a Reply or Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Ricky Brahmana
Top