Ricky Brahmana
    • ☗
    • Blog
    • Story
    • Coffee Break
    • Talk to Me
Skip to content

Priority Done Wrong

Posted byRicky 20 September 20176 February 2018 Leave a comment on Priority Done Wrong

Sudah empat bulan aku jadi anker – anak kereta – yang pergi pagi pulang malam, himpit-himpitan di kereta persis lagunya /rif. Bedanya lagu mereka itu tentang bis kota.

Kepo alias nosy alias over-curious mau nggak mau jadi kebiasaan. Namanya di tempat penuh sesak begitu, nggak ada informasi audio visual yang bisa dirahasiakan, termasuk kehidupan dan strata sosial seseorang dilihat dari cara bicara, gaya berpakaian dan gadget yang dipegangnya.

Di stasiun atau di dalam kereta, segala jenis gadget bisa kelihatan. Dari yang paling baru sampai yang menurutku udah nggak ada satupun manusia yang punya barang seperti itu. Aku pernah liat orang pakai handphone sebesar remote TV yang di kepalanya ada antena mirip sirip hiu. Google pixel pun ada apalagi cuma iPhone yang belakangan ini banyak di-refurbished. Orang macam aku yang bayar 10 juta waktu pertama keluar pasti sakit hati ngeliat mereka pakai iPhone yang mirip dengan harga cuma 2 juta.

Anyway, kembali ke urusan prioritas.

Sewajarnya, orang-orang yang punya gadget mantap itu ekonominya pun berkecukupan. Mereka bisa membayar cicilan kartu kredit 0% 1 juta per bulan untuk beli iPhone 7 baru artinya limit kartu kredit mereka cukup besar. Limit kartu kredit cukup besar artinya gaji mereka pun dianggap cukup besar oleh bank. Tapi nyatanya, banyak kulihat orang-orang ber gadget mantap ini penampilannya nggak sejalan dengan gengsinya.

Di tangannya ada handphone canggih belasan juta, sementara di kakinya ada sepatu yang kulitnya udah meletek di mana-mana. Pernah ada yang sepatunya sampai menganga, tapi aku berpikir positif aja mungkin itu baru sobek hari ini jadi belum sempat beli. Tapi kalau misalnya di tangannya ada iPhone 7 yang belum ada barang refurbished, tapi tali ranselnya robek dan resletingnya dikaitkan pakai peniti?

Come on, it takes time for that bag pack to be torn out like that. Seriously?

Kalau gengsi dan gaya udah mengatasi semuanya, wajar aja banyak orang-orang dengan smartphone seharga mobil punya otak yang kalah smart.

ShareTweetSubscribe
Tags: 2020, abadi, adsense, agama, author, bahagia, berbeda, birthday boy, birthday girl, blessing, blog, book, Brospective, bumi bulat, cerpen, christmas, cita-cita, coffee break, confident, contemporary, coronavirus, covid-19, covid19, dirumahaja, fake it until you make it, follow your passion, freelance, freelancer, future, hamil, happiness, happy birthday, hasrat, hidup, identity, imaginary, imajiner, immortality, indonesia, jujur, kaesang, karya, konten receh, kopi, lapangan kerja, life, make it until you made it, manusia, mario teguh, married life, masa depan, men and boys, menemukan passion, merantau, mimpi, minimalism, minimalist, modern art, motivasi, natal, nyata, orangtua, original, paruh waktu, passion, passion trap, passionate, pengangguran, penulis, perangkap, percaya diri, pindahan, Podcast, prasangka, pregnancy, prioritas, priority, random, reality, rezeki, rumah baru, sarjana, seni, seni kontemporer, sia-sia, siblings, sifat, social distancing, stephen hawking, stories, sukacita, superpower, takhyul, trait, ugly truth, ulang tahun, unik, youtube,

Post navigation

Previous Post Previous post:
Rumah Baru, Ma Nu Life
Next Post Next post:
Being Real

No comments

Write a Reply or Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You May Also Like:

Rumah Baru, Ma Nu Life
Life Wasted
Pindahan : Belajar Art of Minimalism
Kamu Agamanya Apa?
Ricky Brahmana
Top