Sarjana Pengangguran itu Wajar. Change my Mind.
Netizen langsung terpecah kalau membahas urusan ini. Sisi sebelah sana merasa kesalahan terbesar ada di lulusan yang nggak kompeten atau terlalu pemilih, di sisi sebelah sini merasa kalau pemerintah gagal menciptakan lapangan pekerjaan.
Yang sebelah sana nggak sepenuhnya benar karena banyak lulusan yang kompeten pun jadi pengangguran karena lapangan pekerjaanya diisi sama tenaga kerja luar negeri yang harganya lebih murah, contohnya TK India, Vietnam dan Filipina. Startup yang butuh tenaga kerja murah dan banyak pasti akan melirik negara-negara itu untuk menyediakan resource. Kadang malah membangun hub disana untuk menampung tenaga kerja “lokal”.
Yang sebelah sini pun nggak sepenuhnya benar karena pemerintah mempunyai keterbatasan untuk mencipatakan lapangan pekerjaan. Pendaftaran BUMN, kementerian dan PNS sudah banyak tapi belum cukup menampung sekian ribu lulusan tiap tahunnya. Lapangan pekerjaan yang diciptakan swasta malah lebih terbatas lagi, karena perusahaan swasta harus memikirkan sustainability. Perusahaan plat merah punya “jaring pengaman” dari anggaran negara, sementara swasta kalau collapse ya selesai.
Kalau “dipelajari” dari vacancy yang bermunculan di LinkedIn, Jobstreet, Monster atau jobseeker lokal lain yang sudah semakin banyak, perusahaan-perusahaan swasta mulai lebih berhati-hati dalam memilih karyawan. Beberapa caranya adalah dengan minimum working experience untuk menyaring karyawan yang suka lompat-lompat, dan membuat syarat certification untuk kandidat yang mungkin pengalamannya masih sedikit tapi sudah tersertifikasi oleh komunitas internasional.
Jadi mungkin cara terbaik untuk para sarjana baru ini untuk mengurangi durasi mereka menganggur adalah
(1) Cari posisi magang di tahun-tahun terakhir kuliah. Pengalaman magang surprisingly sering dijadikan pertimbangan untuk menyaring kandidat fresh graduate.
(2) Jangan malu untuk melamar di posisi intern setelah lulus kuliah. Banyak program internship berbayar dari perusahaan besar yang bisa menambah pengalaman kerja, dimasukkan ke resume, dan nggak perlu takut nggak lulus probation, toh intern biasanya hanya 3 bulan dan kalau kandidatnya dianggap hebat, sering ditawarkan posisi Full Time Employee tanpa probation lagi.
(3) Untuk yang punya dana dan waktu yang berlebih, silakan mengambil sertifikasi profesi. Untuk kandidat dengan pengalaman kerja yang sudah banyak, sertifikasi ini jadi nilai tambah. Tapi untuk kandidat fresh graduate, sertifikasi ini bisa jadi leverage terbesar untuk menyingkirkan kandidat lain sesama fresher.
(4) Bikin perusahaan sendiri. Spot on, kalau ada uangnya ya bikin sendiri bisnisnya.
Jadi, menurut gue sarjana jadi pengangguran itu bukan hal yang buruk. Tinggal tergantung cara kita masing-masing untuk menyikapinya.
Sumber kumparan: https://kumparan.com/millennial/ternyata-ini-alasan-kenapa-lulusan-d3-dan-s1-banyak-yang-menjadi-pengangguran-1ySPkinjdUA
[…] Perusahaan juga pasti punya pertimbangan kalau mengambil kandidat dari S2 pasti budget yang harus mereka keluarkan lebih besar daripada S1. Dengan pengalaman kerja yang sama-sama minim, membayar 2 atau 3 orang karyawan S1 lebih menguntungkan daripada membayar 1 orang karyawan S2 kan? […]