Ricky Brahmana
    • ☗
    • Blog
    • Story
    • Coffee Break
    • Talk to Me
Skip to content
bg
bg
bg
bg

Ricky Brahmana

A Concerned Netizen

Menikmati Dengan Sederhana

Einstein bilang, kalau kau belum bisa menjelaskannya dengan sederhana, artinya kau belum benar-benar memahami sesuatu.

Aku suka minum kopi.

Favoritku kopi kampung alias kopi tubruk – kopi dengan gilingan kasar yang diseduh dengan air panas dari dalam ceret – dan long black atau disebut Americano di beberapa tempat. Racikannya sederhana, dua cangkir espresso ditambah air panas atau es.

Aku punya beberapa alat seduh kopi yang dipakai cuma beberapa kali dan selebihnya disimpan jadi hiasan di lemari. Aku nggak punya mesin espresso karena terlalu mahal untuk dikoleksi.

Kadang aku juga baca hal-hal “berbau” kopi, tapi nggak sampai penasaran dan pengen coba, apalagi harus eksperimen sendiri. Aku juga nggak punya pilihan kopi spesial dari daerah tertentu. Aku minum kopi apa saja selama terasa pas di mulut, nggak peduli darimana, bagaimana, siapa, dan dimana aku sedang minum...

Read Details

Make It Until You Made It

Okay, another thing I disapprove is on “fake it ’til you make it.”

Meniru memang cara paling gampang untuk memulai sesuatu. Kalau kau punya ide kreatif tapi masih bingung mau memulai dari mana, cari aja role model dengan ide serupa yang sudah terbukti sukses, kemudian tiru dan modifikasi sesuai gayamu.

Punya ide jualan kebab, tiru Kebab Baba Rafi. Mau sukses jualan jilbab, tiru gaya-gaya jilbab di koleksi Zoya. Mau punya startup, banyak contoh bahkan cara-cara mendirikannya di google. Mau sukses jadi artis, tiru orang-orang kurang kerjaan yang suka cari sensasi. Fake it ’til you make it terbukti membantu aspiring apapun untuk mengeksekusi ide-idenya kalau mereka nggak tahu harus mulai darimana.

Cuma ada tiga masalah yang sering dilupakan, bahkan pura-pura nggak disadari dalam konsep “fake it ’til you make it” ini...

Read Details

Another Secret of Happiness

No bullshit! Only one question. What makes you happy?

Yang bisa membuatku bahagia, mungkin satu-satunya yang bisa membuatku bahagia adalah perubahan. Aku gampang bosan. Buatku, stagnan itu hanya masuk akal kalau aku sudah mati.

Aku nggak bahagia di kantorku. Kenapa? Karena nggak ada perubahan dan perkembangan signifikan selama 6 tahun aku bekerja. Gaji naik, pekerjaan sedikit lebih banyak dari sebelumnya, tapi nggak ada tantangan yang bisa membuat aku semangat untuk belajar.

Aku bahagia kalau bisa menyelesaikan satu episode #markombur. Kenapa? Karena walaupun video itu ditonton nggak lebih dari 100 orang, aku bisa belajar hal baru. Aku bisa belajar membuat naskah video, belajar public speaking, belajar editing, belajar bahwa cari uang dari youtube itu susah, macam-macam.

Dari satu video, ada banyak perkembangan yang bisa kudapat...

Read Details

Passion?

What drives you? What is your dream? What so special about it?

Are you willing to struggle for it? How far will you go?

Ngomongin tentang passion nggak segampang ngomongin cita-cita. Ini karena cita-cita memang jauh lebih sederhana dari passion. Cita-cita bisa berubah, dari presiden, ke astronot, ke dokter, ke tentara, dan berakhir jadi karyawan swasta.

Passion juga nggak sesederhana hobby. Hobby bisa sampai ke titik jenuh, bosan dan berganti. Hobby dipengaruhi banyak hal, mulai dari umur, waktu, biaya, dan orang-orang yang kita temui di komunitas penggiat hobby yang sama.

Passion juga nggak bisa dihubungkan dengan pekerjaan, entah itu pekerjaan tetap atau freelance. Pekerjaan tetap dan freelance punya “reward” dan “cause” di belakangnya. Sesuatu yang membuat kita mau mengerjakannya entah karena gaji yang besar atau karena hutang yang belum lunas...

Read Details

Original < Copy

Go to my Youtube channel, then go to trending page. Now go to any of your favorite Youtuber’s channel, then back to trending page.

Bisa lihat dimana masalahnya? Hampir setiap hari, 9 dari 10 video di trending page adalah konten dari “pengepul.” Channel Youtube yang merekam berita, talk show, sitkom, atau tayangan TV lain, kemudian di upload ulang. Satu-satunya effort mereka hanya untuk mendaftarkan akun Youtube baru, waktu untuk merekam, dan kuota internet. Malah sebagian konten adalah hasil re-upload dari channel lain.

Sedangkan akun youtube yang memang niat untuk bikin video jarang kelihatan. Kalah sama berita hoax dan konten hasil ngepul.

Aku bukan orang yang rajin membuat video. Aku juga nggak hidup dari adsense dan konten promosi di youtube...

Read Details

Millions for Books I Don’t Read

Ini bukan sombong, justru mau mengeluh. Aku punya hampir seratus buku, atau mungkin lebih. Dan setengahnya bahkan belum dibuka dari plastiknya sejak dibeli.

Mau dibuang, dijual atau didonasikan masih sayang. Selain itu, sejak kecil bukuku tidak pernah berkurang selain karena dipinjam dan nggak dikembalikan, atau hancur karena lapuk. Bukan cuma buku fisik, aku juga suka belanja buku-buku bahasa Inggris – salah satunya Hitler’s Mein Kampf – versi digital. Buku karangan Hitler itu malah ku cetak supaya kelihatan keren dipajang di lemari buku nanti (entah kapan).

Kalau genrenya cuma novel atau komik nggak jadi masalah. Buku-buku ringan model gini bisa dibaca kapan aja. Masalahnya sebagian besar buku di containerku genrenya serius. Kubeli karena “passion” yang rupanya setelah beberapa lama berubah jadi sekedar interest...

Read Details

I’m Back, WTF Happen?

(Edit: Selasa, 21 Februari 2017)

Hibernasi enam bulan harusnya sudah cukup untuk kembali ke blog ini, melanjutkan inkonsistensi blogging dengan konsisten.

Selama enam bulan menghilang, aku mulai bikin video di youtube, #markombur. Baru beberapa episode, termasuk satu video “kontroversial” tentang PILKADA, tapi sudah mulai membosankan.

Rupanya membuat video serius nggak segampang membuat vlog, atau reaction video, atau video pas lagi main game. Menyelesaikan satu seri video tanpa naskah itu ternyata melelahkan. Capek karena harus ngulang-ngulang bagian yang salah, capek karena harus mikir on the spot. Kalau harus buat naskah, malasnya yang muncul duluan. Kadang karena topiknya terlalu serius, malah garing, atau kayak menggurui. Agak susah memang kalau mau memulai sesuatu yang nggak sesuai dengan latar belakang.

Kadang dianggap nggak kredibel. Padahal di luar sana banyak orang-orang “bodoh” yang ber-opini menyimpang, dan kalau di konfrontasi dengan gampangnya menjawab, “itu kan cuma opini.”..

Read Details

Posts navigation

Newer posts 1 2 3 4
Ricky Brahmana
Top