The Country of Superstition
Di negara ini semuanya dihubungkan dengan “reaksi” Tuhan mulai dari daun gugur sampai gempa berpotensi tsunami. Yang lebih parah, di negara ini kepala daerahnya menyerahkan urusan banjir ke tangan Tuhan. Dan alih-alih menyelesaikan masalah penyempitan sungai dan sampah yang menumpuk, si kepala daerah itu justru menyuruh masyarakatnya berdoa supaya Tuhan membuat hujan reda dan menghentikan banjir.
Gempa besar dianggap sebagai cara Tuhan menunjukkan kemarahannya karena fenomena ini dan itu. Badai dianggap sebagai pertanda Tuhan akan melenyapkan orang-orang yang lebih mengutamakan logika dan ilmu pengetahuan, dan tsunami dibuat untuk melenyapkan orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan.
Bumi ini sudah tua dan penghuninya sudah terlalu banyak. Kalaupun benar itu semua karena Tuhan marah, mustahil Dia murka pada orang-orang yang saling mencintai dan melanggar satu dari sekian banyak perintah-Nya tapi tidak menghajar penjahat, pembunuh, pemerkosa, penipu dan koruptor yang sampai sekarang masih bisa menikmati dunia yang dibuatNya.
Di negara ini juga ada fenomena sumpah pocong dan sumpah kutukan (mubahalah) yang nggak jarang dipakai untuk membuktikan seseorang berbohong atau nggak. Di negara yang mengaku sedang berkembang ini, melaknat dan mengutuki dianggap lebih masuk akal daripada pembuktian dengan fakta dan investigasi.
Mereka pikir setan punya cukup waktu untuk tetek bengek sepele seperti itu.
Setan dengan segala kesetanannya pasti lebih memilih menyebar kontrak darah ke orang-orang yang mau menggadaikan jiwanya daripada untuk mengurusi sumpah pocong dan sumpah laknat yang tidak memberi keuntungan apa-apa untuk dia dan keluarganya. Dia sudah punya pesuruh untuk mengurusi itu – penyakit dan umur tua.
Di negara ini orang baik dianggap selalu punya agenda tersembunyi, orang peduli dianggap terlalu ikut campur, dan orang sakit hati dianggap terlalu terbawa perasaan. Saat orang-orang sudah semakin terhubung dengan sosial media dan informasi sudah sangat tidak terbatas, di negara ini orang-orang masih percaya takhyul dan prasangka buruk.
apakah percaya kepada tahayyul termasuk perbuatan syirik?