Dear 2020, What the Fuck?!
Di awal 2020 kemarin, sekitar Januari akhir saya merilis sebuah episode podcast tentang harapan besar di 2020.
Berkali-kali saya dengar ungkapan penuh semangat dari orang-orang yang hidupnya dipenuhi dengan nilai-nilai optimisme bilang 2020 adalah tahun penggandaan. Memanglah 2020 ini adalah tahun penggandaan. Tahun penggandaan masalah yang muncul sejak awal tahun. Tepat di tanggal 1 Januari 2020, banjir besar melanda Jabodetabek dan daerah lain di Jawa Barat. Minggu berikutnya, kebakaran besar di Australia, gunung meletus di Filipina, gempa bumi, kerusuhan berbulan-bulan di Hongkong dan jenis-jenis bencana alam lain yang merepotkan banyak negara di dunia.
Termasuk BREXIT.
Belum selesai semua kegilaan itu, kali ini seluruh dunia digemparkan dengan masalah yang sama – Corona Madness. Virus baru yang sempat dinamakan “novel” karena belum pernah dilihat sebelumnya. Seluruh dunia mengabarkan tentang ini, seluruh dunia sudah melakukan usaha terbaik mereka sejak awal-awal masalah ini muncul. Sayangnya Indonesia memutuskan untuk berbeda dan mentertawakannya selama berminggu-minggu.
Tipikal masyarakat Indonesia yang pongah terlanjur tutup mata dan bisa ditebak, kejadian luar biasa ini pun masuk ke Indonesia.
Baru tiga bulan 2020 ini berjalan, hampir semua kesukaan saya tidak ada yang tahu ke depannya seperti apa.
Formula 1 sampai hari ini belum tahu kapan musim 2020 dimulai. Grand Prix Monaco akhir Mei resmi di-cancel. Grand Prix Azerbaijan pada awal Juni sudah minta ditunda. Grand Prix Kanada pertengahan Juni kemungkinan besar juga minta dibatalkan atau tunda. Jadi, no F1 sampai mungkin Juli. Kalau jadi.
Balap sepeda? Giro d’Italia di bulan Mei sudah pasti ditunda, entah sampai kapan. Tour de France, yang berlangsung akhir Juni sampai pertengahan Juli, sekarang masih pusing mau ngapain.
Olimpiade Tokyo, yang seharusnya dimulai Juli akhirnya juga ditunda. Digelar 2021.
Tapi apa mau dikata, mungkin bumi sedang kesal dan akhirnya memutuskan untuk “merumahkan” semua manusia yang selama ini mengganggunya. Terbukti dengan foto-foto binatang, tumbuhan, sungai dan langit yang berubah hampir 180 derajat sejak beberapa negara memutuskan untuk total lockdown, dan sebagian besar lainnya menerapkan social distancing dan #diRumahSaja.
Well, hoping there’s rainbow after the storm, saya cuma bisa berharap manusia yang masih bebal gak bisa disuruh di rumah aja mulai sadar bahayanya berkeliaran di luar rumah dan akhirnya seluruh dunia berhasil “flatten the curve” dan virus ini selesai.
i like information